Friday, July 13, 2012

RESEP AWET MUDA



Aku dilahirkan di awal tahun 1976. Itu berarti usiaku tahun ini 36 tahun. Tahun depan 37 tahun dan 4 tahun mendatang usiaku akan 40 tahun. Sebuah angka yang tak muda lagi.
Tapi entah kenapa (bukannya aku ingin kege-eran) banyak yang tidak percaya usiaku sesungguhnya. Mereka mengira aku masih berusia 20 tahunan. Boleh percaya atau tidak. Mungkin karena bentuk tubuhku yang mungil didukung wajah yang “polos” membuat aku terlihat lebih muda.
Saat aku tamat SMA sedikit yang percaya aku telah berusia 18 tahun. Bila orang baru pertama kali melihatku mereka mengira aku masih duduk di bangku SMP. Usia 20 tahun aku mulai bekerja sebagai guru disebuah madrasah aliyah. Dan banyak orang yang sulit membedakan mana guru mana muridnya.
Awalnya keadaan itu sangat menggangguku. Aku merasa  eksistensiku sebagai wanita dewasa dipertanyakan. Pernah suatu kali seorang atasan yang baru ditempatkan di tempat aku mengajar mengira aku adalah mahasiswa yang praktek mengajar di sekolahku. Aku diminta mengerjakan ini itu, pekerjaan yang ringan tapi bikin kesal. Misalnya memindahkan tempat sampah dan lain-lain. Setelah beliau tahu aku adalah guru tetap di situ beliau langsung minta maaf.
Sewaktu aku menikah dan duduk di pelaminan. Seorang teman lama sempat mencandaiku; “Wah...ni lagi pesta ulang tahun atau mau pergi pawai 17-an?’ semua temanku tertawa waktu itu. Karena menurut mereka aku belum pantas menikah dan duduk di pelaminan, jadi penampilanku waktu itu dianggap lebih cocok ikut pawai karnaval pakaian adat 17 Agustus. Lucu memang, tapi menyakitkan hatiku sekali !
Belum lagi laki-laki yang mengira bahwa aku masih sendiri, terkadang ingin kenalan atau sekedar meminta nomor hp. Karenanya aku mencoba berpenampilan sedewasa mungkin. Aku memakai lipstik berwarna merah menyala (seperti yang sering kulihat dipakai banyak wanita dewasa), pada hal aku lebih menyukai warna merah muda. Aku berpakaian sedikit keibuan misalnya baju kurung dan berkerudung dan menggunakan sepatu bertumit tinggi.
Sebenarnya aku merasa tidak nyaman dengan keadaan itu. Aku merasa “berpura-pura” menjadi orang lain. Hingga suatu hari suamiku berkata, “Tak perlu risaulah bila terlihat kekanakan begitu. Coba lihat ada begitu banyak orang yang melakukan segala cara agar terlihat muda, mereka ke salon, senam aerobik untuk menghilangkan lemak, memakai kosmetik mahal dan lain sebagainya. Sementara kita tak perlu lakukan apa-apa. Bukankah harusnya kita bersyukur?”
Aku merenungi kata-kata suamiku. Ada benarnya juga. Sejak saat itu akupun belajar menerima diriku apa adanya. Aku tak mau lagi memakai lipstik dengan warnah menyala, aku bicara, tertawa dan berpenampilan apa adanya diriku. Tak berpura-pura lagi. Aku tak peduli orang akan meragukan kesenioranku karena usia mudaku. Karena sempat seorang wali muridku meragukan aku karena mengajar di kelas anaknya. “Masih terlalu muda, apa bisa ngajar gak ya.” Begitu katanya. Aku lebih suka bekerja semaksimal mungkin, tak peduli mereka menganggap aku muda atau sudah tua.
Dan suatu hari teman dekatku semasa kuliah bertanya padaku,”sebenarnya apa sih resep awet mudamu?” tanyanya dengan wajah serius. Aku tertawa. “Tidak ada resep rahasia.” Jawabku jujur.
Tapi temanku ini sepertinya benar-benar serius dengan pertanyaannya. Ia terus menanyaiku. Menurutnya ia perlu terlihat muda karena kebetulan suaminya berusia lebih muda darinya. Dan karena ia begitu seriusnya dan punya alasan yang juga penting untuk terlihat muda maka akupun berbagi dengannya resep awet muda dariku, walaupun sebenarnya aku terlebih dahulu memikirkan jawaban untuknya karena aku merasa tidak punya resep istimewa apa-apa.
Ini dia resep awet muda dariku :
1.    Banyak minum air putih
2.    Banyak makan sayur berwarna hijau dan buah segar
3.    Cukup istirahat
4.    Tidak boleh begadang (apa lagi kerja lembur di depan komputer, radiasi komputer akan membuat wajah terlihat tua).
5.    Selalu tersenyum dari hati kepada orang lain
6.    Penuh semangat
7.    Jangan pernah berhenti belajar dan selalu terbuka dengan hal-hal baru.
8. Menyalurkan hobi yang bermanfaat
Di antara 7 rahasia itu itu poin nomor 5,6,7 dan 8 adalah paling penting. Muda tak hanya terlihat secara fisik tetapi juga secara spirit. Dan akupun belajar memahami sesuatu bahwa usia hanyalah hitungan angka-angka. Untuk menjadi dewasa tak selamanya berupa penampilan fisik semata. Menjadi dewasa berarti bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Menjadi dewasa adalah bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan masalah yang kita temui. Tak perlu berpenampilan “dewasa” sementara pemikiran justru “kekanakan”.
Dan akupun bahagia dengan diriku apa adanya, tak peduli terlihat muda atau akan terlihat tua suatu hari nanti.

Thursday, July 12, 2012

KISAH CINTA QAIS DAN LAILA



Pernahkah kau rasakan jatuh cinta ? Benar-benar jatuh cinta ? Adalah bohong bila ada yang menjawab tidak pernah. Jatuh cinta adalah sesuatu yang mewarnai kisah hidup setiap manusia. Tak peduli dari bangsa manapun, dari level apapun dan tak peduli dengan siapapun, seseorang pasti pernah mengalaminya.
Banyak orang yang mendefinisikan apa dan bagaimana itu cinta. Cinta sama seperti sebuah penyakit, ia memiliki sebuah gejala. Gejala yang paling umum terjadi adalah jantung akan berdegup kencang bila bertemu dengan orang yang dicintai atau segala sesuatu yang berhubungan dengannya, entah itu rumahnya atau sekedar namanya disebutkan oleh seseorang. Hati akan berbunga-bunga bila bertemu dengannya. Kerongkongan akan kering bila ingin berbicara dengannya. Bila si dia memandang maka sikappun akan akan sedikit berubah menjadi salah tingkah. Ingin selalu tampil ganteng atau cantik di depannya. Bila bertemu di keramaian akan malu dan sungkan untuk bicara walau hati sangat ingin, lebih sering mencuri pandang saja dari kejauhan. Dan yang paling menyiksa  adalah ketika tidak berjumpa maka hati akan merasa rindu tak terkira. Hanya ada wajahnya di ruang mata. Serasa ingin detik itu juga terbang menemuinya.
Perasaan itulah yang dirasakan Qais terhadap Laila. Qais Ibn Maluh adalah seorang pemuda padang pasir dari suku Badui Arab. Sama seperti pemuda Arab waktu itu kegiatannya sehari-hari adalah menggembala domba. Ia menggembala bersama-sama dengan pemuda lainnya. Mereka bermain dan tumbuh bersama. Di antara teman sepermainan dan teman menggembalanya ada seorang perempuan, remaja dan jelita. Dia adalah Laila, putri pamannya.
Mereka sebaya. Lahir dan besar di lingkungan yang sama. Mereka bermain, berkumpul dan menggembala domba bersama. Bagi Qais awalnya arti seorang Laila hanyalah sebatas saudara sepupu. Tapi ketika ia mulai memasuki usia akil baligh, ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan Qais terhadap Laila. Ia mulai memimpikan Laila di dalam tidurnya. Ia mulai rindu senyum manisnya. Ia mulai gelisah bila tak berjumpa dengannya. Dan ada sesuatu yang hangat dan mekar di dalam hati saat mereka bersama. Tak terlukiskan, tak terbayangkan, dan tak terkira Qais telah jatuh cinta.
Dalam budaya Arab masa itu (masa awal Islam dan mungkin juga hingga kini) pengaruh syair sangatlah kuat.  Orang menyampaikan maksud, mengumumkan sesuatu bahkan melakukan kampanye atau propaganda menggunakan syair. Para penyair sangat dihormati dan memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Begitu kuat budaya bersyair termasuk dalam urusan cinta.
Qaispun menjadikan Laila sebagai inspirasi dari syair-syairnya. Ia telah menatap, menyentuh, mencumbu dan memiliki Laila: di dalam syair-syairnya. Syair itupun tersebar luas. Masyarakat mereka telah mengetahui betapa Qais telah begitu dalam memendam rasa cinta terhadap Laila. Hingga suatu hari, Qais tak kuasa memendam cinta, iapun memberanikan diri menemui pamannya; ia akan meminang Laila.
Hidup bukanlah sebuah dongeng. Di mana seorang pangeran akan menikah dengan pujaan hatinya. Mereka menikah dan hidup bahagia selamanya. Selesai. Hidup tidaklah sesederhana itu. Hidup penuh dengan romantika, suka dan duka silih berganti. Terkadang apa yang kita inginkan tidaklah terjadi, justru sebaliknya yang sangat tidak kita inginkan itulah yang terjadi.
Dan Qaispun harus mendapati kenyataan pahit. Lamarannya ditolak. Dalam budaya Arab masa itu seorang ayah tidak boleh menikahkan anak gadisnya dengan seorang pemuda yang menjadikan putrinya objek cumbu rayu di dalam syair yang telah tersebar luas. Dan pamannya yang memiliki hak mutlak terhadap pernikahan anak perempuannya menikahkan Laila dengan seorang pemuda dari suku Tsaqif. Laila dibawa pergi oleh suaminya ke Thaif. Sejak saat itu Qais tak lagi pernah mendengar kabar tentang Laila.
Qais tak tahu apakah Laila bahagia atau ia menderita hidup dengan suaminya. Tak seorangpun yang memberinya kabar. Ia benar-benar kehilangan. Hatinya hancur berkeping-keping. Tak ada lagi Laila di dekatnya. Lama kelamaan kondisinya semakin buruk. Bahkan ada yang mengatakan ia menjadi gila. Orang-orang di sekitarnyapun memberinya gelar “majnun”, dalam bahasa Arab berarti “Si Gila”. Karenanya kisah cinta Qais dan Laila sering disebut dengan Laila Majnun.
Begitulah cinta. Seperti Mario Teguh pernah berkata :
Bagi jiwa yang
sedang jatuh cinta,
tidak ada pemandangan
yang lebih melukai hati
dan menyadap kering
...sari kehidupan dari hatinya,
kecuali menyaksikan
yang dicintainya
jatuh cinta
kepada orang lain.

Cinta harus memiliki.

Dan tidak ada
kekuatan kemanusiaan
yang lebih besar
daripada cinta.

Itu sebabnya,
tidak ada kepedihan
yang lebih pilu
daripada cinta
yang tak dapat memiliki.

Dan Qais dengan melankoli hidupnya akhirnya meninggal dunia. Membawa cintanya terkubur bersama jasadnya.
Qais bukanlah pemuda masa kini yang dapat mencari ganti dengan mudah. Kehidupan padang pasir waktu itu tidak memungkinkan seseorang untuk bertemu orang lain selain kalangan keluarga dekat. Karenanya kehilangan Laila tak ada gantinya. Kita tentulah tidak seperti itu. Kita tidak hidup di padang pasir yang hanya melihat satu wanita atau laki laki saja. Begitu banyak makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang siap menyambut cinta kita bila kehilangan sebuah cinta. Dan bila kau telah berhasil menemukan seorang penggantinya bersyukurlah kau tidak terlahir sebagai seorang Qais Ibn Maluh, si pemuda padang pasir yang tak sempat menikmati luas dan indahnya dunia bersama cintanya.

puisi cinta


H a m p a ....

Melangkah dari sebuah
Kehampaan yang nyata
Tak pernah kudapati sebuah titik
Matahari yang kutemui pada siang
Adalah sebuah catatan sejarah
Dan rembulan yang kutemui pada malam
Adalah sebuah catatan mimpi

Menapaki sebuah kehampaan yang nyata
Selalu kudapati wajah-wajah bisu dan kaku
Aku tak hidup dalam duniaku
Tak pula dapat kutemui dunia lain
Aku mengambang pada batas-batas
Semu garis cakrawala tanpa ujung

Berhenti pada sebuah
Kehampaan yang nyata
Tak pernah kuanggap itu sebuah akhir
Cuma sebuah tonggak waktu
Yang masih terus berlanjut
Kuikuti sebuah alur yang tampak abstrak
Tak begitu jelas
Cuma garis-garis yang tampak samar
Dan rabun
Namun masih terus berlanjut
Dan terus berlanjut !


                                                                        Ranto peureulak, 8 mei 2000
                                                                                                    4 Syafar 1421 H

Wednesday, July 11, 2012

SUDAHKAH ANDA MEMBACA AL QUR'AN HARI INI ?


Kalimat di atas pernah terbaca di dalam sebuah mikro mini yang tertulis di atas stiker. Tulisan tersebut berisi sebuah pertanyaan kepada semua pribadi ummat Islam. Namun pertanyaan tersebut bukan cuma sekedar untuk dijawab saat itu juga namun lebih kepada sebuah pertanyaan yang harus direnungkan.
Al Qur’an merupakan sebuah kitab suci ummat Islam yang juga merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw. Ia tidak hanya sebuah kumpulan wahyu namun juga sebuah tuntunan hidup. Seluruh permasalahan yang dihadapi ummat Islam di segala bidang haruslah merujuk kepada al Qur’an ketika mencari solusi atau jalan keluarnya.
Setiap mu’min menyakini membaca al-Qur’an saja merupakan amal yang sangat mulia dan mendapat pahala. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min di kala senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Membaca  al-Qur’an juga merupakan obat penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.[1] Ayat-ayat tentang menganjurkan membaca al-Qur’an diantara lain: Q S. Al-Isra’:106 yang artinya “Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”
Dan dalam Surat Al-‘Araaf: 204 yang artinya: “Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
Dari ayat di atas terlihat bahwa jangankan membaca dan mengamalkan isi al Qur’an, mendengarkan orang lain membacanya saja sudah merupakan suatu perbuatan yang baik dan akan mendapatkan rahmat dari Allah swt.
Al Qur’an memiliki banyak keunikan-keunikan serta keutamaan. Ia juga memiliki pengaruh yang luar biasa. Pada zaman Rasulullah hingga kini, banyak non muslim yang masuk Islam hanya karena mendengar bacaan ayat al Qur’an, pada hal di antara mereka ada yang tidak mengerti sedikitpun mengenai makna dari ayat-ayat tersebut.
Selain mendengarkan dan membaca al Qur’an. Ada satu keutamaan lain dari al Qur’an yaitu menghafalnya. Dari Ali bin Abi Talib k.w. Rasulullah bersabda,”Barang siapa yang membaca al Qur’an dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Dan dia dapat memberi syafaat kepada sepuluh anggota keluarganya yang kesemuanya wajib masuk neraka.”(HR. Ibnu Majah)
Namun seperti sebaris kalimat pertanyaan diawal artikel ini yang tertulis di sebuah stiker di atas mikro mini, sudahkah anda membaca al Qur’an hari ini? Adalah sebuah pertanyaan penting yang harus direnungkan.
Dewasa ini di mana setiap orang memiliki aktivitas yang padat sering kali kita menjadi lupa untuk membaca al Qur’an. Al Qur’an sering kali hanya sebagai penghias rak buku atau lemari yang mahal harganya, namun ia hanya duduk manis di situ tanpa pernah disentuh pemiliknya.
Di beberapa daerah tertentu di Indonesia bahkan al Qur’an sering kali dijadikan mas kawin atau mahar. Namun si empunya hanya ketika mengucapkan ijab kabul itu saja ia menyentuh kitab tersebut, setelah itu ia yang akan dilupakan. Naudzubillahimindzalik.
Sesibuk apakah kita ini sampai kita tidak sempat meluangkan waktu untuk membaca al Qur’an ? Pada hal Allah telah memberikan waktu yang luas 24 jam sehari semalam untuk dapat dimanfaatkan hambaNya sebaik mungkin. Tapi apa yang sudah kita lakukan dalam 24 jam waktu yang diberikan Allah itu ?
Katakanlah waktu belajar di sekolah atau bangku kuliah hanya 6 jam sehari, bukankah masih tersisa 18 jam. Atau bagi yang sudah bekerja standard pekerja di Indonesia dalah 8 jam sehari, masih tersisa 16 jam. Berarti masih begitu banyak waktu tersisa yang dapat digunakan oleh kita untuk membaca al Qur’an.
Sangat disayangkan kita sekarang semakin terlena dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Lihat saja banyak sebagian dari kita yang menghabiskan waktu di depan televisi menyaksikan acara yang tidak membawa manfaat sama sekali, seperti sinetron. Bahkan sebuah stasitun televisi swasta ada yang menayangkan sinetron di televisi mulai pukul 6 sore hingga pukul 1 lewat tengah malam secara terus menerus dan berganti-ganti antara judul yang satu dengan lainnya. Pada hal dari waktu yang ada itu bila digunakan untuk membaca al Qur’an mungkun dapat khatam dalam 1 malam saja.
Belum lagi sebagian ummat lain yang senang menghabiskan waktu di jalan. Jalanan semakin hari terlihat semakin padat saja. Orang banyak terlihat berkendaraan di jalan. Tapi tahukah engkau bahwa sebenarnya banyak di antara mereka yang sedang berada di jalan sama sekali tidak memiliki kepentingan apapun untuk bepergian. Mereka hanya sekedar menghabiskan waktu sambil menaiki sepeda motor yang mungkin baru dibelikan oleh orang tuanya dengan susah payah, atau sekedar mencoba baju baru model terkini yang baru saja ia beli. Tapi semua sama saja, tidak ada kepentingan !
Hal tersebut selayaknya menjadi keprihatinan kita bersama. Karena membaca al Qur’an tidaklah memakan waktu yang lama. Sisakanlah waktu yang ada walau itu hanya 5 menit saja untuk sekedar membuka, membaca huruf demi huruf dan kalau sempat membaca makna yang terkandung di dalam kitab suci tersebut melalui tafsir atau terjemahan. Alangkah mulianya.
Karenanya mari kita bertanya pada diri kita sendiri, “Sudahkah kita membaca al Qur’an hari ini ? Renungkan dan jawab dengan jujur ! Kalau sudah Alhamdulillah tapi kalau belum segeralah membacanya. Dan sebarkan pertanyaan berisi renungan ini kepada orang-orang terdekat dengan kita. Keluarga, kerabat dan teman. “Sudahkah anda membaca al Qur’an hari ini ?



[1] Soenarjo, Al-Qur’an Dan Terjemahan. (Jakarta: 1 Maret 1971),  hal. 76