Aku dilahirkan di awal tahun 1976. Itu berarti usiaku
tahun ini 36 tahun. Tahun depan 37 tahun dan 4 tahun mendatang usiaku akan 40
tahun. Sebuah angka yang tak muda lagi.
Tapi entah kenapa (bukannya aku ingin kege-eran) banyak
yang tidak percaya usiaku sesungguhnya. Mereka mengira aku masih berusia 20
tahunan. Boleh percaya atau tidak. Mungkin karena bentuk tubuhku yang mungil
didukung wajah yang “polos” membuat aku terlihat lebih muda.
Saat aku tamat SMA sedikit yang percaya aku telah berusia
18 tahun. Bila orang baru pertama kali melihatku mereka mengira aku masih duduk
di bangku SMP. Usia 20 tahun aku mulai bekerja sebagai guru disebuah madrasah
aliyah. Dan banyak orang yang sulit membedakan mana guru mana muridnya.
Awalnya keadaan itu sangat menggangguku. Aku merasa eksistensiku sebagai wanita dewasa
dipertanyakan. Pernah suatu kali seorang atasan yang baru ditempatkan di tempat
aku mengajar mengira aku adalah mahasiswa yang praktek mengajar di sekolahku.
Aku diminta mengerjakan ini itu, pekerjaan yang ringan tapi bikin kesal.
Misalnya memindahkan tempat sampah dan lain-lain. Setelah beliau tahu aku
adalah guru tetap di situ beliau langsung minta maaf.
Sewaktu aku menikah dan duduk di pelaminan. Seorang teman
lama sempat mencandaiku; “Wah...ni lagi pesta ulang tahun atau mau pergi pawai
17-an?’ semua temanku tertawa waktu itu. Karena menurut mereka aku belum pantas
menikah dan duduk di pelaminan, jadi penampilanku waktu itu dianggap lebih
cocok ikut pawai karnaval pakaian adat 17 Agustus. Lucu memang, tapi
menyakitkan hatiku sekali !
Belum lagi laki-laki yang mengira bahwa aku masih
sendiri, terkadang ingin kenalan atau sekedar meminta nomor hp. Karenanya aku
mencoba berpenampilan sedewasa mungkin. Aku memakai lipstik berwarna merah
menyala (seperti yang sering kulihat dipakai banyak wanita dewasa), pada hal
aku lebih menyukai warna merah muda. Aku berpakaian sedikit keibuan misalnya
baju kurung dan berkerudung dan menggunakan sepatu bertumit tinggi.
Sebenarnya aku merasa tidak nyaman dengan keadaan itu.
Aku merasa “berpura-pura” menjadi orang lain. Hingga suatu hari suamiku
berkata, “Tak perlu risaulah bila terlihat kekanakan begitu. Coba lihat ada
begitu banyak orang yang melakukan segala cara agar terlihat muda, mereka ke
salon, senam aerobik untuk menghilangkan lemak, memakai kosmetik mahal dan lain
sebagainya. Sementara kita tak perlu lakukan apa-apa. Bukankah harusnya kita
bersyukur?”
Aku merenungi kata-kata suamiku. Ada benarnya juga. Sejak
saat itu akupun belajar menerima diriku apa adanya. Aku tak mau lagi memakai
lipstik dengan warnah menyala, aku bicara, tertawa dan berpenampilan apa adanya
diriku. Tak berpura-pura lagi. Aku tak peduli orang akan meragukan kesenioranku
karena usia mudaku. Karena sempat seorang wali muridku meragukan aku karena
mengajar di kelas anaknya. “Masih terlalu muda, apa bisa ngajar gak ya.” Begitu
katanya. Aku lebih suka bekerja semaksimal mungkin, tak peduli mereka menganggap
aku muda atau sudah tua.
Dan suatu hari teman dekatku semasa kuliah bertanya
padaku,”sebenarnya apa sih resep awet mudamu?” tanyanya dengan wajah serius.
Aku tertawa. “Tidak ada resep rahasia.” Jawabku jujur.
Tapi temanku ini sepertinya benar-benar serius dengan
pertanyaannya. Ia terus menanyaiku. Menurutnya ia perlu terlihat muda karena
kebetulan suaminya berusia lebih muda darinya. Dan karena ia begitu seriusnya
dan punya alasan yang juga penting untuk terlihat muda maka akupun berbagi
dengannya resep awet muda dariku, walaupun sebenarnya aku terlebih dahulu
memikirkan jawaban untuknya karena aku merasa tidak punya resep istimewa
apa-apa.
Ini dia resep awet muda dariku :
1.
Banyak minum air putih
2.
Banyak makan sayur berwarna hijau dan buah segar
3.
Cukup istirahat
4.
Tidak boleh begadang (apa lagi kerja lembur di depan
komputer, radiasi komputer akan membuat wajah terlihat tua).
5.
Selalu tersenyum dari hati kepada orang lain
6.
Penuh semangat
7.
Jangan pernah berhenti belajar dan selalu terbuka dengan
hal-hal baru.
8. Menyalurkan hobi yang bermanfaat
Di antara 7 rahasia itu itu poin nomor 5,6,7 dan 8 adalah paling penting. Muda
tak hanya terlihat secara fisik tetapi juga secara spirit. Dan akupun
belajar memahami sesuatu bahwa usia hanyalah hitungan angka-angka. Untuk
menjadi dewasa tak selamanya berupa penampilan fisik semata. Menjadi dewasa
berarti bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Menjadi dewasa adalah
bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan masalah yang kita temui. Tak perlu
berpenampilan “dewasa” sementara pemikiran justru “kekanakan”.
Dan akupun bahagia dengan diriku apa adanya, tak peduli terlihat muda atau
akan terlihat tua suatu hari nanti.